Sabtu, 28 Mei 2022

Akhlak

     Akhlak tidak bisa hanya dinilai dari yang tampak dari luar. sebab yangdikatakan akhlak adalah pola kebiasaan adalam diri yang menetap secara kokoh seingga muncul perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan.  sedangkan orang yang berbuat baik dengan kebutuhan hajat atau mempunyai nadzar belum bisa dikatakan orang dermawan atau berakhlak. Tetapi jika dalam segala keadaan, susah atau senang, mampu atau tidak, ia tetap berbuat baik. Ini yang termasuk dalam kategori berakhlak baik. 

    Jika lebih dispesifikkan lagi. Misalnya ada orang yang dalam hidupnya senang bersedekah, dalam keadaan apapun ia tetap ikhlas bersedekah, entah dalam keadaan sulit atau bahkan saat ekonominya naik ia tak pernah lupa bersedekah.  Tidak merasa tinggi saat dipuji dan tetap bersedekah saat tidak ada orang lain melihatnya. Orang seperti ini telah menjadi ahli sedekah dengan sendirinya.

    Berikut ada 4 kriteria  akhlak dari segi :

1. Dari Perbuatannya.

    Terkadang ada orang yang satu kali memberi kemudian dicap sebagai orang baik. Padahal sebelumnya orang yang memberi tersebut tidak pernah melakukan kebaikan. Hal ini menjadi bukti bahwa orang yang berbuat baik dihadapan manusia tidaklah menjadi tolak ukur ia berakhlak.

2. Kemampuan 

    Jika seseorang bisa dikatakan berakhlak hanya bagi orang yang mampu (dalam harta), bagaimana dengan orang miskin yang tidak masuk kategori mampu. Jika akhlak dapat diukur dengan kekuatan, lalu bagaimana dengan orang lemah?. Padahal orang sakitpun bisa berakhlak, tidak perlu menunggu sehat atau mampu.

3. Pengetahuan

    Saat ini banyak orang pintar tetapi tidak berakhlak. Banyak orang bependidikan tinggi tetapi masih jauh dari kata alim. Intinya hanya karena tau banyak ilmu saja tak cukup dikatakan alim

4. Kebiasaan Diri

    Jika ingin tahu kesabaran seseorang, lihat ketika kemampuan dan kekuatannya dicabut. 3 point diatas tidak bisa menentukan akhlak seseorang, hanya dengan perbuatan dan kebiasaan. 

    Jadilah manusia yang ketika diberi nikmat besar tidak berbangga diri, namun  menjadikannya jalan menuju Allah, dan bersabar saat nikmat tersebut dicabut oleh Allah. Karena  setiap musibah ada gantinya dari Allah. Jadilah orang yang tawadhu' (menerima saat diberi nasihat) bukan malah menolak nasihat tersebut (keras hatinya).



                                                    *Mengaji pada Kyai Fayyadl. Ihya' Ulumuddin Juz 3 Hal. 53


Selasa, 24 Mei 2022

.

 Telah tiba pada masa menjadi dewasa dengan lebih banyak lagi penderitaan yang Tuhan hadirkan demi menjernihkan pikiran. Bahwa yang  terlihat sebuah masalah belum tentu salah. sangat banyak hal yang perlu direnungkan. mencoba menilik nilai kemanusiaan pada aturan atasan. Mencermati, adakah keadilan dalam sebuah keputusan, atau mungkin segala bentuk pelanggaran telah menjadi sebuah kebiasaan yang membiasa.

Katanya, Tuhan Maha Adil dan tidak pernah tidur. Adapun persengketaan manusia antar manusia ini adalah selalu mencari siapa yang paling adil dan siapa yang paling pintar menyembunyikan kemunafikan. Tidakkah mereka bodoh, percaya bahwa Tuhan Maha Melihat namun masih cinta kecurangan. Tidakkah mereka goblok, meyakini Tuhan Maha Adil dan Bijaksana pada setiap pengembalian amal manusia, namun masih mengambil dan mendzolimi hak sesama manusianya.

Mereka yang seperti itu, bisa jadi imannya adalah indahnya dunia yang busuk dan islamnya pun bersyahadatkan uang dan jabatan. kemudian Tuhannya? hawa nafsu!.

Minggu, 22 Mei 2022

Catatan Dawuh

     Pesantren adalah tumpuan para pencari ilmu, baik agama maupun sosial. Hendaknya kita menyerap ilmu sedikit demi sedikit. Namun dibarengi dengan amal. sebab tujuan dari belajar bukanlah untuk menjadi orang alim tetapi untuk menghilangkan dan memerangi kebodohan. Sedangkan menjadi alim adalah bonus, bukan menjadi acuan utama.

    Dengan belajar banyak ilmu perlahan dapat menumbuhkan sikap zuhud (dunia tak sampai pada hatinya), artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seperti halnya dunia. Harta yang dimiliki seorang hamba tak pantas bila diletakkan dihati. Hanya hati yang berhak kita bawa kemana saja pergi. 

    Saat ini, banyak orang terhalang dalam berthoriqoh karena masih ada ganjalan tentang dunia. tidak hanya materi yang dimiliki. Membicarakan selain kebutuhan juga termasuk dunia.

    Tak terhitung juga orang yang mengaku ingin kaya, dengan alasan akan banyak bersedekah bila sudah kaya. Tanpa disadari hal tersebut adalah dorongan nafsu. Dimana ketika ia bersodaqoh kemudian dipuji oleh orang lain sebagai orang dermawan, hatinya sudah tergeser dari tujuan akhirat sehingga menjadi tujuan dunia. kemudian mulai senang dengan pujian tersebut dan terus mencari kekayaan untuk disedekahkan sebanyak-banyaknya. Tanpa ia sadari hatinya menjadi hubbuddunya. Hal ini memutus tali  hijab dengan Allah. (Kitab Ihya' Ulumuddin juz 3)

    Nafsu itu sangat halus. Perlu hati-hati bagi orang yang merasa nyaman dengan banyaknya harta yang ia punya. Tetapi jika ia gelisah dengan segala yang ada, bingung hendak kemana akan ia sumbangkan hartanya. Maka Allah memujinya. Bukan berarti tidak boleh memelihara harta. boleh saja menyimpannya asal dengan tanggung jawab yang tinggi. 


            "Rusaknya generasi adalah rusaknya perempuan sebab akan menurun pada anaknya. 

                                                Yaitu menjadi hubuuddun-ya"


                                                                                        *Hasil pengajian kitab minhus saniyah

                                                                                                oleh Kiai Muhammad Al-Fayyadl

BANGKAI INGATAN

  Setiap ada yang bertanya, apakah aku membencimu setelah semua rasa sakit itu? Aku selalu memberi senyum, sebab aku tidak pernah membencimu...