Pesantren adalah tumpuan para pencari ilmu, baik agama maupun sosial. Hendaknya kita menyerap ilmu sedikit demi sedikit. Namun dibarengi dengan amal. sebab tujuan dari belajar bukanlah untuk menjadi orang alim tetapi untuk menghilangkan dan memerangi kebodohan. Sedangkan menjadi alim adalah bonus, bukan menjadi acuan utama.
Dengan belajar banyak ilmu perlahan dapat menumbuhkan sikap zuhud (dunia tak sampai pada hatinya), artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seperti halnya dunia. Harta yang dimiliki seorang hamba tak pantas bila diletakkan dihati. Hanya hati yang berhak kita bawa kemana saja pergi.
Saat ini, banyak orang terhalang dalam berthoriqoh karena masih ada ganjalan tentang dunia. tidak hanya materi yang dimiliki. Membicarakan selain kebutuhan juga termasuk dunia.
Tak terhitung juga orang yang mengaku ingin kaya, dengan alasan akan banyak bersedekah bila sudah kaya. Tanpa disadari hal tersebut adalah dorongan nafsu. Dimana ketika ia bersodaqoh kemudian dipuji oleh orang lain sebagai orang dermawan, hatinya sudah tergeser dari tujuan akhirat sehingga menjadi tujuan dunia. kemudian mulai senang dengan pujian tersebut dan terus mencari kekayaan untuk disedekahkan sebanyak-banyaknya. Tanpa ia sadari hatinya menjadi hubbuddunya. Hal ini memutus tali hijab dengan Allah. (Kitab Ihya' Ulumuddin juz 3)
Nafsu itu sangat halus. Perlu hati-hati bagi orang yang merasa nyaman dengan banyaknya harta yang ia punya. Tetapi jika ia gelisah dengan segala yang ada, bingung hendak kemana akan ia sumbangkan hartanya. Maka Allah memujinya. Bukan berarti tidak boleh memelihara harta. boleh saja menyimpannya asal dengan tanggung jawab yang tinggi.
"Rusaknya generasi adalah rusaknya perempuan sebab akan menurun pada anaknya.
Yaitu menjadi hubuuddun-ya"
*Hasil pengajian kitab minhus saniyah
oleh Kiai Muhammad Al-Fayyadl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar