Judul Asli: Syarh al-Hikam al-Ghawtsiyah
Pengarang : Ahmad ibn Ibrahim ibn Ilan al-shiddiqi al-syafi’I
al-naqsabandi
Penerjemah: Fauzi Bahreisy
Spesifikasi: Hardcover; xxiv+558 Halaman; 15,5x24 cm
No. ISBN: 978-602-1687-76-5
Penerbit: Zaman (www.penerbitzaman.com)
Edisi Terbit: 2015
Bagi sebagian orang
jika disebutkan sebuah nama kitab ‘A-Hikam” pasti yang terbesit adalah kitab
Al-Atha’iyah (karya Ibn Atha’illah), tetapiyang akan dibahas kali ini bukanlah
kitab tersebut. Melainkan kitab Al-Hikam karya Al-Ghautsiyyah karya Abu Madyan
Syu’aib ibn Husain al-Anshari yang telah beliau tulis sebelum al-Hikam
al-Atha’iyyah. Beliau terlahir sebagai yatim pada 520 H di Cantillana Spanyol dan meninggal pada 594 H.
Diperkirakan kitab ini telah berusiah lebih dari 800 tahun
Kitab diterjemahkan dari syarh al-hikam
al-Ghawtsiyah Syekh sayyid Abu Madyan al-Tilmisani al-Maghribi, termasuk kitab
klasik yang banyak dibahas dan dipelajari oleh sebagian banyak pecinta ilmu
terutama dalam bidang tasawuf. Di antara buku buku beliau, buku ini yang paling
singkat tapi padat. Beliau menjadikannya berbobot. Beliau banyak mengutip
hadist dan ayat suci untuk pembahasan yang terkait. Agar memiliki dasar yang
kuat, bukan untuk pembenaran tetapi untuk menguatlan kebenaran. Ibn ‘Ilan sendiri seorang tokoh sufi
terkemuka pada masanya dan ulama’ yang
produktif menulis terutama tema tasawuf.
Alasan penulis memilih
kitab al-Hikam untuk sedikit dikaji adalah dikarenakan kitab ini merupakan
kitab Tasawuf ( ilmu
dalam agama Islam yang berfokus menjauhi hal-hal duniawi) yang didalamnya terdapat 153 kalam hikmah dan
butir-butir kata mutiara yang perlu direnungkan oleh pembacanya. Dimana
kandungan Tasawuf dalam kitab ini berkaitan dengan mata kuliah penulis pada
semester 1 Prodi Ilmu Qur’an dan Tafsir Universitas Nurul Jadid. Meskipun tidak
langsung mempelajari kitabnya, melainkan membaca terjemah kitab Al-Hikam yang
diterbitkan oleh Zaman pada tahun 2015 cetakan ke II dengan ketebalan 331 halaman.
Tampilan buku ini
sangat menarik dan bernuansa buku klasik. Berwarna dasar hijau berpadu dengan
corak berwarna coklat susu berjudul “Mengaji Al-Hikam”. Tertera kata
“Bestseller” di samping judul buku tersebut, itu artinya buku yang saat ini
dibahas telah menjadi daya Tarik tinggi hingga banyak laku terjual. Al-Hikam ini tidak jauh berbeda
dengan kitab Nasoihul Ibad karangan Syekh Nawawi Al-Bantani dimana keduanya
sama sama membahas tentang nasihat hati yang akan mendekatkan pembacanya pada
sang Ilahi. Nasihat-nasihat yang patut dipegang dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bedanya dalam kitab
Nashoihul Ibad Setiap bab nya disusun berdasarkan keseragaman jumlah poin yang
akan dibahas. Sedangkan dalam kitab Al-Hikam Setelah membuka lembar demi
lembar yang diterbitkan Zaman ini, penulis mengambil satu kesimpulan bahwa,
secara garis besar, terdapat dua tema pokok yang ingin diutarakan oleh Ibnu
Atha'illah; pertama adalah sikap makhluk kepada Sang Khalik, dan yang kedua
adalah sikap makhluk terhadap perbuatan Sang Khalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar