Sabtu, 30 April 2022
Prosa
Jumat, 29 April 2022
Prosa
Rabu, 27 April 2022
Prosa
Pada kemungkinan yang tertulis. perjuangan yang melelahkan berakhir sia-sia. aku dan kamu bukan untuk bersatu. sebab ada yang lebih aku utamakan dari perjuangan cinta. banyak orang bilang bahwa jodoh tidak akan kemana. Maka aku titipkan segala rasa yang masih menyeruak di dada pada Tuhan yang Kuasa. Sampai kapanpun kita tak akan merasa tenang, jika terus mengejar keinginan. Tanpa ingat bahwa segala yang kita punya hanya titipan Tuhan.
Sudah lama aku mengatur strategi, mencari jalan dari kungkungan rasa yang terus membelenggu. tetapi sepertinya hasilnya sama saja dengan sebelumnya. Rasa itu tak pernah hilang dan entah sampai kapan akan terus menetap. Tidak ada yang lebih nikmat dari menghadapi ujian cinta, selain sabar. kini aku sedang mencobanya. akupun tau kau sedang berusaha. Entah bagaimana hasilnya nanti, aku atau kamu yang lebih dahulu menemukan bahagia.
Puisi
Tidak ada lagi kata berjuang berlabuh pada dua diri yang saling mencintai. semakin lama semakin sadar, bahwa yang bukan untuk kita tidak akan pernah dimiliki. takdir telah menempatkan posisinya. dan manusia tinggallah berencana. kemudian kecewa pada angan yang terbawa angin. meski banyak peluang yang menggairahkan, bersusah payah mendapatkan apa yang disukai tetaplah menjadi pilihan. tanpa ada keterpaksaan. dan pada kebanyakan manusia,kehilangan selalu menjadi nestapa terdalam yang tak disengaja. jarang sekali yang akan menerimanya dengan lapang dada, termasuk Aku. 😞
Prosa
“ Setelah gerimis berganti hujan, mendung mengganti posisi
cerah dan malam yang menggantung dilangit. Semuanya masih terlihat sama. Rasa yang
dengan susah payah digulung rapat rapat, tak menunaikan hasil. Dan setelah
mendung kamu menjanjikan keindahan lebih dari sekedar pelangi di langit. Berwarna,
juga penuh makna dalam setiap proses alam yang berganti pada porosnya. Selalu ada
harapan menyelinap. Berharap segala keburukan segera tenggelam pada tiap
pergantian musim. Dan kegembiraan datang menggantikan segala kegundahan.”
Prosa
Ada banyak cerita dan kenangan yang
ingin aku tuliskan, namun kadang imajinasiku tak cukup lihai
untuk menceritakannya di atas kertas putih, Bukan karena sulit dituangkan,
tetapi mungkin saja ia lebih leluasa
bertempat di hati dan fikiran, bukan pada tulisan. Baginya seperti sudah ada tempat tersendiri
untuk bersemayam, bermain sesukanya hingga menjadi liar dalam ingatan.
Memang, mengenang adalah hal yang paling mudah kulakukan
dalam mencitaimu, daripada harus bersusah payah melupakan. Hanya akan memeras
tenaga saja. Sebab dalam mengenang, aku menemukan moment kebahagiaan, meski
pada akhirnya juga berujung pada sakit. Ketika tersadar bahwa aku hanya sebatas
mengingat yang telah lalu. Iya, kamu.
Kamu sudah berhasil mengambil sebagian akal sehatku. Aku
seperti sudah gila oleh rasa. Dihantui ingatan-ingatan yang meredam aktivitas.
Aku dengan kenangan dan kamu dengan masa depan, selalu menjadi ketakutanku.
Tentang bagaimana kita nanti. Kamu dengan pilihanmu yang bukan aku. Bagaimana
mungkin aku bisa bahagia dengan hati yang baru, jika bukan selainmu? Sedang
separuh hatiku berhasil kamu genggam dan kamu bawa pergi dan pulang pada
pilihanmu.
Tolong, jangan
terburu-buru dalam mengambil keputusan. Termasuk keputusanmu untuk tidak lagi
bergenggaman tangan bersamaku. Melepas janji yang terikat rapat. Membakar habis kisah manis yang
seharusnya menjadi cerita, bukan derita. Kamu yang terlalu cepat melepas,
sedang aku masih dengan setia menjaga keutuhan janji.
Terlalu egois memang, memintamu untuk terus memperjuangkanku,
sedang aku masih dengan kelinglungan dalam memilih. Tak bisa menetralisir keadaan.
Kemudian dengan sangat memintamu agar tak pergi, dalam keadaan yang tak sesuai
harapan.
Bukan, bukan aku yang merencanakan kehancuran itu. Bukan pula
salah tuhan yang menakdirkan. Ini adalah salah kita yang terlalu cepat untuk
tidak bermain-main. Sedang waktu tak memihak. Kita hanya perlu bersabar
menjalani. Menyiapkan hal- hal penting untuk masa bahagia nanti. Aku, kamu dan
keluarga kita.
Namun sepertinya jalan kita sudah berbeda, aku di jalanku,
dan kamu dijalanmu. Kita memilih jalan sendiri
tanpa alasan yang kuat. Tanpa ada pandangan kedepannya. Jangan kamu kira
aku disini sedang berdiri kokoh pada jalanku. Tidak! Langkahku
terombang-ambing. Berusaha bangun dari luka yang membekas. Jangan kamu kira ini
adalah keputusanku untuk mengakhiri. Aku hanya menuruti kemauanmu. Barangkali
itu yang terbaik. Untuk aku dan kamu.
Memaksamu untuk tetap meelangkah pada jalan yang sama,
hanya akan menjadi sia sia, bila pada akhirnya kita tak lagi saling menguatkan.
Bukankah perjalanan adalah perjuangan yang tak pernah berujung? Lalu bagaimana jika nanti jalan kita sudah
tak lagi dapat ditempuh?. Tidak memulai sama sekali, lebih baik daripada mulai
berjalan namun tersesat. Atau bahkan
kehilangan arah nantinya, sebab berbicara tentang keduanya, bukan hanya sekedar
tentang dua insan yang yang berdampingan melangkah menggapai tujuan, tetapi
juga dengan dari jalan yang di tapaki,
yang tak selalu mulus, berbatu dan tak jarang jika dihadapkan dengan beberapa
jalan yang menyesatkan.
Dan seandainya, dapat lewati jalan berbatu itu, sejauh
apapun, sebagaimanapun rumitnya, asal keberhasilan itu adalah denganmu,
bersamamu. Maka tentu aitu akan menjadi rasa syukur terbesarku selama aku hidup.
Dan selama deru napas lembutku masih menjadi alasan kau bahagia, bersamaku.
Andai…
Malam Jum'at, 01 Oktober 2020
Puisi - Ibu
Permisi
bu!
Izinkan aku mengetuk
pintu ketahabahanmu,
Agar aku bisa
memasuki dimensi ruang kasihmu
Yang luasnya tak
bertepi
Panjangnya tak berjarak
Dindingnya terpoles
kelembutan sifatmu
Dan biarkan aku
berteriak di dalamnya
Mengaumi penyesalan yang
tak berkesudahan
Sebab kenakalan yang menjadi jadi
Membuatku gila
Lupa segalanya
Dan melupakanmu
Maafkan aku Bu!
Nurul Jadid, 10 Desember 2019
Pintaku
Lempari aku
Dengan sajak sejuk penyeruput kalbu
Genggam aku
Seerat kau genggam air pada tangan yang mengepal kaku
Agar tak mudahnya ia mengalir lalu pergi
Ajariku
Menari dia atas peranduan senja
Agar esok kembali dengan keterkesimaan yang sama
Akuuu…
Selalu saja meminta kau
Menjadi apa apa dari kekuranganku
Tak butuh lain
Cukup itu.
IBU…
Suara Ibu
Raungan dimalam kelabu
Menjelma syairan merdu
Menyeruak kalbu
Menjadikan kerinduan semakin menggebu
Aku tahu,
Itu adalah suaramu kan Bu!
Yang membisiki malam dengan mantra mustajabmu
Agar tuhan mewujudkan tumpuan harapanku
Tak lain harapanku cukuplah Satu
Senyummu dengan keberhasilanku
Dengan decitan senyum setulus kasihmu
Tak ada yang lebih menggempari
Selasa, 26 April 2022
Puisi - Biarkan aku
Biarkan aku
berkhayal!
Aku melemah kala berpikir tentang mu
Bahwa cinta sejati bukan yang saling
memiliki
Hanya bagaimana kita menyikapi
Begitupula aku
Aku hanya orangkecil yag tak tau diri
mencintaimu
Mengingatmu kala seharusnya aku mengingat tuhanku
Bagaimana Tuhanku tidak mau murka?
Jika waktu ku bersamanya tergantikan
dengan sosokmu yang kadang terlintas tanpa sengaja
Hanya saja sandiwaraku yang berhasil
Berpura tak ada rasa di hadapan
manusia
Namun aku tak bisa berbohong pada diri sendiri
Kau telah merampas kewarasanku
Jiwaku seperti bukan aku
Tapi mencari keberadaanmu
Suatu anugrah yang amat menjanjikan
kebahagiaan
Jika takdir dari Tuhanku adalah
dirimu!
Emmh, biarkan aku berkhayal!!
Nurul Jadid, 02 Februari 2021
Puisi- Senjaku
Senjaku
Terlihat Senjaku murung
Cahayanya meredup
Indahnya hambar tak berasa
Ada apakah gerangan?
Mengapa senjaku kali ini tak menyemburatkan pesonanya?
Adakah senjaku sedang beradu dengan alam?
Atau sedang tak bersahabat dengan malam?
Senjaku hanya diam tak berkutat
Ia meneteskan air mata
Pilu
Sendu
Seperti ada keresahan menjelma
Ia membisiki
Bahwa dirinya sedang kehilangan pecintanya
Yang tak pernah berbusa lidahnya dibanjiri pujian
Begitupula dengan senjaku
Yang tak pernah bosan membaringkan keindahannya pada sang
pencinta
Setiap hari saling tertawa dan berbagi cerita
Saling bertatapan di bawah persaksian langit
Sekarang..
Pencintanya telah pergi
Tinggallah ia mengenang luka
Tak berbekas kenangan
Namun kehampaan berdinding harapan
Senjaku ,,
Adalah aku..
NJ,15
Januari 2020
Puisi - Candu
Candu
Dibawah
kedamaian pepohonan dan ranting yang terseok oleh angin
Begitu mesra
nan indah sapaannya
Berlomba untuk
menyanyikan lagu alam dengan debur ombak
Rasanya mereka
juga ikut merayakan pertemuan kita
Pertemuan yang
tak disengaja menjadi akhir dari sebuah kisah
Aku, kau dan
takdir
Sebentar namun
memberi kenyamanan yang amat terasa lama
Terakhir,
namun berarti
Jikapun kelak
aku takdir yang kau minta pada Tuhan
Semoga saja,
akhir dari sebuah cerita ini..
Adalah
bersamamu...
04 Juni 2020
Puisi - Lelah
Lelah
Rasanya sudah lelah
Bangkit untuk
kemudian jatuh lagi
Bangkit dengan
sedikit pengharapan
Dan jatuh membawa
beribu kesakitan
Kadang pikiran
bertentangan,
Bagaimana caraku
bersyukur?
Harus dengan apa aku
bersyukur?
Jika selalu begini.
Entahlah,
Rumit menjelaskan
keadaan hati yang sedang rancu
Biar ku simpan dulu
Untuk nanti ku hatur
pada tuhanku.
Puisi
Tuan!
Sudah berapa lamakah
kau berdiri disana
Menekuni aku, yang
terbalut luka
Akankah kedatangnmu
untuk menyembuhkan lukaku tuan?
Atau bahkan untuk
bersorak gembira?
Atas kekalahanku pada
perasaan
Atas kebodohanku
memberi ruang pada debu yang hendak mengotori kesucian
Kemarilah tuan!
Akan ku ceritakan ketermanguanku
Menyambut sebuah
badai di atas gunung
Berdiri gagah di atas
laut
Tidakkah masih belum
cukup tuan?
Cintaku tlah usai
Berakhir memilukan
Dan
Kaulah yang ku
rindukan.
Puisi - Sangkakala
Duh!!
Tiupan
sangkakala seperti sudah menyeruak
mengguncang
dunia tua
hijau
hijauan terhampar
seperti
sudah terbakar
selisih
gunung utara dan selatan berdekatan
mengalun
syahdu
mengundang
takut yang menderu
Nampaknya,
Taubat sudah terlambat.
BANGKAI INGATAN
Setiap ada yang bertanya, apakah aku membencimu setelah semua rasa sakit itu? Aku selalu memberi senyum, sebab aku tidak pernah membencimu...
-
Setiap ada yang bertanya, apakah aku membencimu setelah semua rasa sakit itu? Aku selalu memberi senyum, sebab aku tidak pernah membencimu...
-
Semakin hari, semakin tak beraturan tidak tau hendak dibawa kemana rasa, dan hampa ingin mengusir segala keluh agar aku teguh kamu terlalu j...