Sabtu, 30 April 2022

Prosa

Tidak ada yang tahu sampai kapan cinta terus bersemedi dihati yang tak berdimensi. Memiliki banyak ruang untuk mengabadikan kenangan. Sejauh ini, masih belum aku temukan obat bagi hati yang luka dan penuntas dari rindu yang datang tak menentu. Tidak tahu pada detik keberapa, aku kembali dijajah oleh perasaan yang aku ingin musnahkan mati-matian. Tidak ada yang tahu dalamnya lautan darah dari besitan luka yang tak kunjung menemukan bahagia. Aku tahu, jatuh cinta selalu membawa penderitaannya pada tingkat ke-alay-an, sedikit ketidakwajaran dalam bergaya dan berkata-kata. Namun tanpa cinta tidak akan pernah ada pengorbanan. Pengorbanan tidak mungkin terealisasi tanpa dilandasi cinta. Semua memiliki alasan dan waktu tersendiri. Kapan dan mengapa cinta masih bermukim hingga sejauh ini.
Terkadang beberapa orang mampu melewati satu persatu cobaan yang menguji kesabaran. tetapi tidak dengan perasaan. Banyak orang lumpuh harapan dibuatnya. Lupa dunia, hilang sabar dan iman dikarenakan ujian cinta yang dihadapi. Dunia seperti tak tergairahlan lagi.
Luka, cerita, cinta dan derita. Dengan pasti akan terlewati semuanya, oleh siapapun itu.

                                           Malam Sabtu, 01 Januari 2021

Jumat, 29 April 2022

Prosa

Selalu ingin bercerita pada siapa saja. Mungkin dengan begitu, dapat redakan luka. Apalah dikata, jika setiap manusia pasti dapat jatahnya. Jika begitu, adakah penawar bagi luka yang masih saja bertebaran? Kadangkala manusia tak butuh bahagia, cukup rasa tenang. Sebab dalam tenang dan damailah manusia berada pada titik hamba yang jalannya lurus. Tidak ada yang lebih utama dari Tuhan. Tidak berharap kecuali kepada sang pemberi harapan.
Sewaktu-waktu kita juga perlu diam. Merenungkan yang telah lalu. Menjadikannya sarana untuk bermuhasabah. Mengingat kesalahan dan tindakan. Menyesali segala ucapan menyakitkan.

                                                                      17 Agustus 2021

Rabu, 27 April 2022

Prosa

     Pada kemungkinan yang tertulis. perjuangan yang melelahkan berakhir sia-sia. aku dan kamu bukan untuk bersatu. sebab ada yang lebih aku utamakan dari perjuangan cinta. banyak orang bilang bahwa jodoh tidak akan kemana. Maka aku titipkan segala rasa yang masih menyeruak di dada pada Tuhan yang Kuasa. Sampai kapanpun kita tak akan merasa tenang, jika terus mengejar keinginan. Tanpa ingat bahwa segala yang kita punya hanya titipan Tuhan. 

    Sudah lama aku mengatur strategi, mencari jalan dari kungkungan rasa yang terus membelenggu. tetapi sepertinya hasilnya sama saja dengan sebelumnya. Rasa itu tak pernah hilang dan entah sampai kapan akan terus menetap. Tidak ada yang lebih nikmat dari menghadapi ujian cinta, selain sabar. kini aku sedang mencobanya. akupun tau kau sedang berusaha. Entah bagaimana hasilnya nanti, aku atau kamu yang lebih dahulu menemukan bahagia. 

Puisi

         Tidak ada lagi kata berjuang berlabuh pada dua diri yang saling mencintai. semakin lama semakin sadar, bahwa yang bukan untuk kita tidak akan pernah dimiliki. takdir telah menempatkan posisinya. dan manusia tinggallah berencana. kemudian kecewa pada angan yang terbawa angin. meski banyak peluang yang menggairahkan, bersusah payah mendapatkan apa yang disukai tetaplah menjadi pilihan. tanpa ada keterpaksaan. dan pada kebanyakan manusia,kehilangan selalu menjadi nestapa terdalam yang tak disengaja. jarang sekali yang akan menerimanya dengan lapang dada, termasuk Aku. 😞

Prosa

“ Setelah gerimis berganti hujan, mendung mengganti posisi cerah dan malam yang menggantung dilangit. Semuanya masih terlihat sama. Rasa yang dengan susah payah digulung rapat rapat, tak menunaikan hasil. Dan setelah mendung kamu menjanjikan keindahan lebih dari sekedar pelangi di langit. Berwarna, juga penuh makna dalam setiap proses alam yang berganti pada porosnya. Selalu ada harapan menyelinap. Berharap segala keburukan segera tenggelam pada tiap pergantian musim. Dan kegembiraan datang menggantikan segala kegundahan.”


Prosa

 

            Ada banyak cerita dan kenangan yang ingin aku tuliskan, namun kadang imajinasiku tak cukup lihai untuk menceritakannya di atas kertas putih, Bukan karena sulit dituangkan, tetapi mungkin saja ia lebih leluasa  bertempat di hati dan fikiran, bukan pada tulisan.  Baginya seperti sudah ada tempat tersendiri untuk bersemayam, bermain sesukanya hingga menjadi liar dalam ingatan.

          Memang, mengenang adalah hal yang paling mudah kulakukan dalam mencitaimu, daripada harus bersusah payah melupakan. Hanya akan memeras tenaga saja. Sebab dalam mengenang, aku menemukan moment kebahagiaan, meski pada akhirnya juga berujung pada sakit. Ketika tersadar bahwa aku hanya sebatas mengingat yang telah lalu. Iya, kamu.

          Kamu sudah berhasil mengambil sebagian akal sehatku. Aku seperti sudah gila oleh rasa. Dihantui ingatan-ingatan yang meredam aktivitas. Aku dengan kenangan dan kamu dengan masa depan, selalu menjadi ketakutanku. Tentang bagaimana kita nanti. Kamu dengan pilihanmu yang bukan aku. Bagaimana mungkin aku bisa bahagia dengan hati yang baru, jika bukan selainmu? Sedang separuh hatiku berhasil kamu genggam dan kamu bawa pergi dan pulang pada pilihanmu.

           Tolong, jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Termasuk keputusanmu untuk tidak lagi bergenggaman tangan bersamaku. Melepas janji yang terikat  rapat. Membakar habis kisah manis yang seharusnya menjadi cerita, bukan derita. Kamu yang terlalu cepat melepas, sedang aku masih dengan setia menjaga keutuhan janji.

          Terlalu egois memang, memintamu untuk terus memperjuangkanku, sedang aku masih dengan kelinglungan dalam memilih. Tak bisa menetralisir keadaan. Kemudian dengan sangat memintamu agar tak pergi, dalam keadaan yang tak sesuai harapan.

          Bukan, bukan aku yang merencanakan kehancuran itu. Bukan pula salah tuhan yang menakdirkan. Ini adalah salah kita yang terlalu cepat untuk tidak bermain-main. Sedang waktu tak memihak. Kita hanya perlu bersabar menjalani. Menyiapkan hal- hal penting untuk masa bahagia nanti. Aku, kamu dan keluarga kita.

          Namun sepertinya jalan kita sudah berbeda, aku di jalanku, dan kamu dijalanmu. Kita memilih jalan sendiri  tanpa alasan yang kuat. Tanpa ada pandangan kedepannya. Jangan kamu kira aku disini sedang berdiri kokoh pada jalanku. Tidak! Langkahku terombang-ambing. Berusaha bangun dari luka yang membekas. Jangan kamu kira ini adalah keputusanku untuk mengakhiri. Aku hanya menuruti kemauanmu. Barangkali itu yang terbaik. Untuk aku dan kamu.       

          Memaksamu untuk tetap meelangkah pada jalan yang sama, hanya akan menjadi sia sia, bila pada akhirnya kita tak lagi saling menguatkan. Bukankah perjalanan adalah perjuangan yang tak pernah berujung?  Lalu bagaimana jika nanti jalan kita sudah tak lagi dapat ditempuh?. Tidak memulai sama sekali, lebih baik daripada mulai berjalan  namun tersesat. Atau bahkan kehilangan arah nantinya, sebab berbicara tentang keduanya, bukan hanya sekedar tentang dua insan yang yang berdampingan melangkah menggapai tujuan, tetapi juga dengan  dari jalan yang di tapaki, yang tak selalu mulus, berbatu dan tak jarang jika dihadapkan dengan beberapa jalan yang menyesatkan.

          Dan seandainya, dapat lewati jalan berbatu itu, sejauh apapun, sebagaimanapun rumitnya, asal keberhasilan itu adalah denganmu, bersamamu. Maka tentu aitu akan menjadi rasa syukur terbesarku selama aku hidup. Dan selama deru napas lembutku masih menjadi alasan kau bahagia, bersamaku.

          Andai…

                                                                       Malam Jum'at,  01 Oktober 2020

Puisi - Ibu

 


 

Permisi bu!

Izinkan aku mengetuk pintu ketahabahanmu,

Agar aku bisa memasuki dimensi ruang kasihmu

Yang luasnya tak bertepi

 Panjangnya tak berjarak

Dindingnya terpoles kelembutan sifatmu

Dan biarkan aku berteriak di dalamnya

Mengaumi penyesalan yang tak berkesudahan

 Sebab kenakalan yang menjadi jadi

Membuatku gila

 Lupa segalanya

 Dan melupakanmu

Maafkan aku Bu!

                                                    Nurul Jadid, 10 Desember 2019



Pintaku

 

Lempari aku

Dengan sajak sejuk penyeruput kalbu

Genggam aku

Seerat kau genggam air pada tangan yang mengepal kaku

Agar tak mudahnya ia mengalir lalu pergi

Ajariku

Menari dia atas peranduan senja

Agar esok kembali dengan keterkesimaan yang sama

Akuuu…

Selalu saja meminta kau

Menjadi apa apa dari kekuranganku

Tak butuh lain

Cukup itu.

IBU…

                                                                     Nurul Jadid, 09 Desember 2019


Suara Ibu

 

Raungan dimalam kelabu

Menjelma syairan merdu

Menyeruak kalbu

Menjadikan kerinduan semakin menggebu

Aku tahu,

Itu adalah suaramu kan Bu!

Yang membisiki malam dengan mantra mustajabmu

Agar tuhan mewujudkan tumpuan harapanku

Tak lain harapanku cukuplah Satu

Senyummu dengan keberhasilanku

Dengan decitan senyum setulus kasihmu

Tak ada yang lebih menggempari 

                                                                

Selasa, 26 April 2022

Puisi - Biarkan aku

 

Biarkan aku berkhayal!

Aku melemah kala berpikir tentang mu

Bahwa cinta sejati bukan yang saling memiliki

Hanya bagaimana kita menyikapi

Begitupula aku

Aku hanya orangkecil yag tak tau diri mencintaimu

Mengingatmu kala seharusnya  aku mengingat tuhanku

 Bagaimana Tuhanku tidak mau murka?

Jika waktu ku bersamanya tergantikan dengan sosokmu yang kadang terlintas tanpa sengaja

Hanya saja sandiwaraku yang berhasil

Berpura tak ada rasa di hadapan manusia

 Namun aku tak bisa berbohong pada diri sendiri

Kau telah merampas kewarasanku

Jiwaku seperti bukan aku

Tapi mencari keberadaanmu

Suatu anugrah yang amat menjanjikan kebahagiaan

Jika takdir dari Tuhanku adalah dirimu!

Emmh, biarkan aku berkhayal!!


                        Nurul Jadid, 02 Februari 2021

Puisi- Senjaku

 

Senjaku

 

Terlihat Senjaku murung

Cahayanya meredup

Indahnya hambar tak berasa

Ada apakah gerangan?

Mengapa senjaku kali ini tak menyemburatkan pesonanya?

Adakah senjaku sedang beradu dengan alam?

Atau sedang tak bersahabat dengan malam?

Senjaku hanya diam tak berkutat

Ia meneteskan air mata

Pilu

Sendu

Seperti ada keresahan menjelma

Ia membisiki

Bahwa dirinya sedang kehilangan pecintanya

Yang tak pernah berbusa lidahnya dibanjiri pujian

Begitupula dengan senjaku

Yang tak pernah bosan membaringkan keindahannya pada sang pencinta

Setiap hari saling tertawa dan berbagi cerita

Saling bertatapan di bawah persaksian langit

Sekarang..

Pencintanya telah pergi

Tinggallah ia mengenang luka

Tak berbekas kenangan

Namun kehampaan berdinding harapan

Senjaku ,,

Adalah aku..

                                                                                                                         NJ,15 Januari 2020

Puisi - Candu

 

Candu

 

Dibawah kedamaian pepohonan dan ranting yang terseok oleh angin

Begitu mesra nan indah sapaannya

Berlomba untuk menyanyikan lagu alam dengan debur ombak

Rasanya mereka juga ikut merayakan pertemuan kita

Pertemuan yang tak disengaja menjadi akhir dari sebuah kisah

Aku, kau dan takdir

Sebentar namun memberi kenyamanan yang amat terasa lama

Terakhir, namun berarti

Jikapun kelak aku takdir yang kau minta pada  Tuhan

Semoga saja, akhir dari sebuah cerita ini..

Adalah bersamamu...


                                                                                            04 Juni 2020

 

Puisi - Lelah

 

Lelah

 

Rasanya sudah lelah

Bangkit untuk kemudian  jatuh lagi

Bangkit dengan sedikit pengharapan

Dan jatuh membawa beribu kesakitan

Kadang pikiran bertentangan,

Bagaimana caraku bersyukur?

Harus dengan apa aku bersyukur?

Jika selalu begini.

Entahlah,

Rumit menjelaskan keadaan hati yang sedang rancu

Biar ku simpan dulu

Untuk nanti ku hatur pada tuhanku.

 

                                                            NJ, 13 Desember 2019

Puisi

 

Tuan!

Sudah berapa lamakah kau berdiri disana

Menekuni aku, yang terbalut luka

Akankah kedatangnmu untuk menyembuhkan lukaku tuan?

Atau bahkan untuk bersorak gembira?

Atas kekalahanku pada perasaan

Atas kebodohanku memberi ruang pada debu yang hendak mengotori kesucian

Kemarilah tuan!

Akan ku ceritakan ketermanguanku

Menyambut sebuah badai di atas gunung

Berdiri gagah di atas laut

Tidakkah masih belum cukup tuan?

Cintaku tlah usai

Berakhir memilukan

Dan

Kaulah yang ku rindukan.

Puisi - Sangkakala

 

Duh!!

Tiupan sangkakala seperti sudah menyeruak

mengguncang dunia tua

hijau hijauan terhampar

seperti sudah terbakar

selisih gunung utara dan selatan berdekatan

mengalun syahdu

mengundang takut yang menderu

Nampaknya,

Taubat sudah terlambat.



BANGKAI INGATAN

  Setiap ada yang bertanya, apakah aku membencimu setelah semua rasa sakit itu? Aku selalu memberi senyum, sebab aku tidak pernah membencimu...